TEORI KEPRIBADIAN (KESEHATAN MENTAL)
Apa Itu Kepribadian ??
kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik)
yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses.
Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah.
Secara eksplisit allport menyebutkan, kepribadian secara
teratur tumbuh dan mengalami perubahan
dan Pada dasarnya setiap makhluk yang diciptakan
oleh Yang Maha Kuasa memiliki sifat kepribadian
yang saling berbeda-beda, entah itu manusia maupun
binatang. Kepribadian-lah yang menjadikan setiap
insan makhluk itu di bedakan, bisa itu dari sifat, sikap
ataupun perilaku.
Menurut Kamus Besar Ilmu Psikologi,
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam
istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan
oleh seseorang.
Sedangkan menurut Gordon Allport, kepribadian
adalah suatu aspek organisasi (psikis atau fisik)
yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses.

Apa Itu Kepribadian ??
kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik)
yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses.
Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah.
Secara eksplisit allport menyebutkan, kepribadian secara
teratur tumbuh dan mengalami perubahan
dan Pada dasarnya setiap makhluk yang diciptakan
oleh Yang Maha Kuasa memiliki sifat kepribadian
yang saling berbeda-beda, entah itu manusia maupun
binatang. Kepribadian-lah yang menjadikan setiap
insan makhluk itu di bedakan, bisa itu dari sifat, sikap
ataupun perilaku.
Menurut Kamus Besar Ilmu Psikologi,
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam
istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan
oleh seseorang.
Sedangkan menurut Gordon Allport, kepribadian
adalah suatu aspek organisasi (psikis atau fisik)
yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses.

a) Aliran Psikoanalisa
Teori kepribadian dengan pendekatan psikodinamika
sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud (1856-1939)
yaitu Bapak Psikoanalisa yang sangat terkenal.
Aliran ini melihat dari sisi negatif individu,
masa lalu, analisis mimpi (jalan istimewa menuju
ketidaksadaran), dan juga alam bawah sadar, yang
tersusun dari 3 sistem pokok yaitu Id, Ego, dan Superego.
a) Id
Id merupakan system kepribadian yang asli dan
merupakan sumber energi utama bagi hidup manusia.
Id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang.
Freud menyebut id “kenyataan psikis yang sebenarnya”,
karena id mempresentasikan dunia batin pengalaman
subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif.
Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar
seperti kebutuhan makan, minum, seks, dan agresifitas.
Dalam Id terdapat dua jenis energi yang saling
bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan
individu yaitu insting kehidupan dan insting mati.
Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan,
dan dalam pemuasannya Id selalu berupaya menghindar
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan
(prinsip kesenangan atau Pleasure Principle).
Dalam Id terdapat dua jenis energi yang salah
bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan
individu, yaitu insting kehidupan dan insting .
Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan,
dan dalam pemuasannya Id selalu berupaya menghindari
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan
(prinsip kesenangan atau Pleasure Principle).
b) Ego
Ego merupakan energi yang mendorong untuk
mengikuti prinsip kenyataan. ego menjalankan
pengendalian agar upaya pemuatan dorongan id
itu realistis atau sesuai dengan kenyataan
misalkan orang lapar harus mencari, menemukan,
dan memakan nya sampai rasa lapar itu hilang.
c) superego
Sistem kepribadian ketiga dan yang terakhir
dikembangkan adalah superego. Superego
adalah gambaran kesadaran akan nilai-nilai
dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh
adatistiadat, agama, orangtua, guru, dan
orang lain kepada anak. Karena itu pada
dasarnya superego adalah hati nurani seseorang
yang menilai benar atau salahnya tindakan
seseorang. Itu berarti superego mewakili
nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.
b) Aliran Behavioristik
Teori kepribadian behaviristik bertolak dari dan
menekankan pengaruh lingkungan atau keadaan
situasional terhadap perilaku. Tokoh-tokohnya
adalah Rotter, Dollard, Miller, dan Bandura.
Para ahli tarsebut berpendapat bahwa perilaku
merupakan hasil interaksi yang terus menerus
antara variable-variabel pribadi dengan lingkungan.
Dengan demikian individu dan situasi saling mempengaruhi.
Teori belajar yang dianut oleh Dollard dan Miller
menekankan pada konsep kebiasaan. Kebiasaan
adalah pertautan atau asosiasi antara suatu stimulus
(isyarat) dan suatu respons. Asosiasi-asosiasi atau
kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari tidah hanya
dari stimulus-stimulus eksternal dan respon-respon
terbuka, tetapi juga antara stimulus-stimulus dan
respon-respon internal.
Jadi pola perilaku dibentuk berdasarkan suatu kondisioning
Orang-orang disekitar individu membentuk perilakunya
dengan ganjaran dan hukuman. Disini terjadi
pembentukan pola perilaku dan penguatan
melalui pengalaman langsung, tetapi perilaku
dapat terbentuk melalui pengalaman tidak langsung
yaitu melalui pengalamn terhadap perilaku
orang lain disekitarnya (modeling).
Para teoritisi behavioristik beranggapan bahwa
perilaku seseorang itu ditentukan oleh cirri khusus
dari situasi yang dihadapi, misalnya situasinya di
kelas atau di lapangan bola, penafsiran individu
terhadap situasi tersebut (pantas atau tidak
melakukan agresi), penguatan yang dialami
pada tingkah lakunya dalam situasi serupa
(dihukum atau dipuji).
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut aliran
behavioristik manusia adalah suatu sistem kompleks
yang bertingkah laku dengan cara yang sesuai
dengan hukum. Ciri-cirinya tersusun dengan baik,
teratur, banyak spontanitas, kegembiraan hidup
dan juga kreativitas. Manusia dianggap terbiasa
dalam memberikan respons positif terhadap
stimulus dari luar sehingga manusia diangggap
tidak memiliki sikap diri sendiri karena potensi
yang dimiliki manusia diabaikan.
c) Aliran Humanistik
Aliran humanistik ini mempunyai pertalian yang
erat dengan aliran eksistensialisme. nyatanya,
banyak Psikolog-psikolog Humanistik berorientasi
eksistensialisme. Psikologi Humanistik dan
Eksistensialisme mementingkan keunikan-keunikan
pada seorang individu, usahanya mencari nilai-nilai,
dan kebebasannya untuk memuaskan diri.
Aliran eksistensialisme menekankan beberapa
tema dasar yang diantaranya tema menghendaki
arti, kecemasan eksistensial, dan menemukan
ketidakadaan (kehampaan) adalah yang paling tepat.
Tema-tema ini dapat dilihat pada paparan dari
Viktor Frankl merupakan salah seorang psikiater
yang berorientasi eksistensialisme yang sangat menonjol.
Viktor Frankl mendirikan aliran Psikoterapi-Logoterapi
dari pengalaman pahit dan lama dalam kamp konsentrasi
Nazi yang kejam. “Logoterapi” berasal dari perkataan
Yunani logos yang berarti “arti/ makna” atau “spirit”.
Maka logoterapi berfokus pada arti eksistensi manusia
dan usahanya mencari arti itu.
Untuk menstimulasi pencarian arti dalam diri
pasien-pasiennya, frankl bertanya kepada mereka
yang putus asa: “…….karena kamu hidup begitu
menderita kenapa kamu tidak bunuh diri?” dari
jawaban-jawaban mereka, misalnya karena cinta
kepada anak, ibu atau kekasih, karena pengabdian
kepada tugas atau partai, Dr. Frankl bisa memunculkan
dan menggabungkan semua tenaga-tenaga pendorong
yang memberi arti kepada kehidupan psikik dan spiritual mereka.
Motto logoterapi adalah pernyataan Nietzche yang
terkenal: “Ia yang mempunyai sebab untuk hidup
dapat menanggungkan hampir segala-galanya”.
Baginya, sebab pokok ledakan gangguan-gangguan
emosional adalah rasa frustasi dari kehendak manusia
akan “arti Jadi, kehendak akan “arti’ adalah watak
dasar manusia. Frustasi terhadap kehendak itu membawa
kepada kekosongan dan eksistensial, kepada pertemuan
dan ketidakadaan; dengan yang tidak hidup. Frustasi
ini terutama sekali berujud kebosanan dan “kecemasan
eksistensial” yang mungkin sekali bisa membawa
kepada apa yang disebut oleh Frankl sebagai
“noogenic neurosis”. Noogenic neurosis adalah
suatu neurosis yang timbul akibat konflik moral
dan spiritual antara berbagai nilai-nilai, bukan
sebagai akibat konflik antara dorongan-dorongan.
Tema-tema ini dapat dilihat pada paparan dari
Viktor Frankl merupakan salah seorang psikiater
yang berorientasi eksistensialisme yang sangat menonjol.
Viktor Frankl mendirikan aliran Psikoterapi-Logoterapi
dari pengalaman pahit dan lama dalam kamp konsentrasi
Nazi yang kejam. “Logoterapi” berasal dari perkataan
Yunani logos yang berarti “arti/ makna” atau “spirit”.
Maka logoterapi berfokus pada arti eksistensi manusia
dan usahanya mencari arti itu.
Untuk menstimulasi pencarian arti dalam diri
pasien-pasiennya, frankl bertanya kepada mereka
yang putus asa: “…….karena kamu hidup begitu
menderita kenapa kamu tidak bunuh diri?” dari
jawaban-jawaban mereka, misalnya karena cinta
kepada anak, ibu atau kekasih, karena pengabdian
kepada tugas atau partai, Dr. Frankl bisa memunculkan
dan menggabungkan semua tenaga-tenaga pendorong
yang memberi arti kepada kehidupan psikik dan spiritual mereka.
Motto logoterapi adalah pernyataan Nietzche yang
terkenal: “Ia yang mempunyai sebab untuk hidup
dapat menanggungkan hampir segala-galanya”.
Baginya, sebab pokok ledakan gangguan-gangguan
emosional adalah rasa frustasi dari kehendak manusia
akan “arti Jadi, kehendak akan “arti’ adalah watak
dasar manusia. Frustasi terhadap kehendak itu membawa
kepada kekosongan dan eksistensial, kepada pertemuan
dan ketidakadaan; dengan yang tidak hidup. Frustasi
ini terutama sekali berujud kebosanan dan “kecemasan
eksistensial” yang mungkin sekali bisa membawa
kepada apa yang disebut oleh Frankl sebagai
“noogenic neurosis”. Noogenic neurosis adalah
suatu neurosis yang timbul akibat konflik moral
dan spiritual antara berbagai nilai-nilai, bukan
sebagai akibat konflik antara dorongan-dorongan.
0 comments:
Post a Comment